Home » » Malu

Malu

Ku lihat sang surya bertahta di singgasana megahnya.
Ku beranikan diri untuk bertanya,
Wahai sang surya,
Apakah kau membedakan atas pancaran sinarmu?
Lalu dia berkata,
Tidak, aku memberikan sinarku untuk menghangatkan jagad semesta.

Ku menengadah ke atas,
Ku lihat sang langit yang dengan anggun menyelimuti angkasa dengan sayapnya,
Lalu ku beranikan diri untuk bertanya,
Wahai langit,
Apakah kau membedakan atas bentangan sayapmu?
Dia berkata,
Tidak, lebaran sayapku menyelimuti semua yang ada didunia.

Aku terus berjalan,
Ku lihat sang laut sedang tertawa riang bersama ombak-ombaknya,
Aku pun bertanya,
Wahai laut,
Apakah kau membedakan atas ikan-ikan yang kau hasilkan?
Lalu dia berkata,
Tidak, ikan-ikan ku menghidupi semua makhluk fana.

Hari mulai gelap,
Rembulan pun mengerlingkan matanya menyapa cakrawala,
Lalu ku bertanya,
Wahai rembulan,
Apakah kau membedakan atas lembut cahaya yang kau pantulkan?
Dia pun berkata,
Tidak, lembut cayahaku menenangkan semesta raya.

Tiba-tiba terdengar suara dari bawahku dan berkata,
Wahai anak manusia, mengapa kepadaku engkau tak bertanya?
Aku berkata,
Aku malu,
Semua dengan adil memberikan yang mereka punya kepada sesama,
Tetapi tetap aku terus bertempur,
Tetapi tetap aku terus menghancur,
Tetapi tetap aku terus melebur,
Aku malu padamu bumi,
Aku malu pada Mu Sang Maha.

Malang, 1 Juni 2010
Share this article :

0 comments:

Post a Comment

If you have other contemporary issues, questions, suggestions, criticisms, disagreements, or even rejections, please leave comment politely...

Like us on Facebook
Follow us on Twitter
Recommend us on Google Plus