Wednesday, October 13, 2010

Perjalanan

Bising jalanan bagai nyanyian mendayu,
Tutupi suara kalbu yang lirih menyeru,
Lemah raga berpacu dengan waktu,
Gelora muda tak terhentikan melaju,
Ditemani ambisi terus ku memburu.


Sejenak ku mabuk dalam indahnya cinta,
Melayang jauh ke suwarga loka asmara.
Bagai Majnun gila mendamba Laila jelita.
Antara semu dan nyata ku kejar bayangnya,
Cinta yang membuat si jahanam tak berdaya.


Perjalanan ini sadarkanku akan arah tujuanku,
Melihat lilin pelita itu semakin redup dan layu,
Dibalik diammu terukir jelas akan galau hatimu.
Ku tata hati, nyalakan kobar api, kaulah alasanku
Ku gadaikan bahagiaku demi melihat cahayamu.


Bukanku tak mencintaimu, maafkan ku cinta,
Ku harus penjarakanmu tuk sementara.
Karna dalam hati ku kan slalu percaya,
Jika Dia Sang Maha Segala berkata iya,
Kau kan jadi milikku untuk selamanya.


Air mata dan simpuh dihadapNya
Menjadi pedang di medan laga,
Jadikan usaha sebagai batu bata,
Tuk bangun kerajaanku di surga,
Cahaya kan bersinar dengan bangga.


Kesabaran adalah matahari,
Kesadaran adalah bumi,
Keberanian menjadi cakrawala,
Perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata.


Untuk wanita tertangguh yang pernah ku kenal,
Sebuah guratan dari sang putra.


Malang, 11 oktober 2010


Note: the sixth stanza is adopted from Iwan Falls’ lyric (Paman Doblang)

2 comments:

  1. ...Mother...
    Nothing to say ...its only zillion thanks and pray..I can give this eternal love to her back but I can love her eternally...
    Nice poems sir....and I can feel the message ...in tears...two thumbs sir..

    ReplyDelete
  2. Thanks ma'am, that means a lot for me...May He always gives His bless for her...Amin...

    ReplyDelete

If you have other contemporary issues, questions, suggestions, criticisms, disagreements, or even rejections, please leave comment politely...